Rabu, 02 September 2009

Pengalaman Cak To, Sukses Bukan Berarti Tanpa Hambatan

Wirausaha & Keuangan Agt'09. Sukses berbisnis bukan berarti tanpa hambatan, ujian, bahkan rintangan. Awal-awal berdirinya Bakso Kuto Cak To berbagai masalah membelit dirinya. Cak To menganggapnya sebagai ujian bisnis. Maklum saat itu usianya baru 20an tahun sudah beberapa kali mengenyam kenyataan beberapa bisnisnya seperti bisnis warung tempe penyet dan cafenya tenggelam.
ketika mau mengawali bisnis lagi, tahun 2004, Cak To tidak memiliki modal yang cukup untuk memulainya. Bingung antara berkeinginan untuk segera berbisnis kembali setelah bisnis lainnya bangkrut dengan optimisme untuk dapat bangkit kembali berkecamuk dalam dirinya.
Meskipun tidak memiliki modal, Cak To tetap membuka gerai bakso di kawasan universitas petra Surabaya. Tempat yang disewa sebesar Rp. 1 juta perbulan adalah bekas warung kopi yang ditinggalkan penyewanya karena kurang ramai.
"Dengan modal seadanya saya harus mengubah bentuk gerai dari warung kopi menjadi gerai bakso," kenang Cak To.
Dalam hitungan minggu, bulan, peminat bakso buatannya banya diminati oleh mahasiswa di lingkungan Universitas Petra Surabaya.
Tetapi pikirannya berubah lebih cepat, dengan keinginan membuka gerai bakso lebih luas, lebih profesional dan berada di lokasi umum yang banyak dilalui masyarakat luas.
Meskipun modal tidak ada, kali ini saya yakin dapat keberhasilan. Saya datang ke ayah saya untuk meminjam sertifikat tanah sawah untuk saya bawa ke bank. Ini ujian berat saya. Saya mengajukan kredit untuk membuka gerai usaha bakso di jalan pahlawan, Sidoarjo (Sebelumnya adalah rawa) yang saat ini saya tempati.
"Pertimbangannya saya segera pindah dari Lingkungan Universitas Petra ke lokasi yang kini saya tempati karena lokasinya strategis, berada di depan Mc Donald dan Gelanggang Olah Raga Sidoarjo" ujar Cak To Mengenang.

Datang dan Lihatlah

Wirausaha & Keuangan Agt'09. Menyadari kondisi masyarakat saat ini yang banyak dirugikan oleh ulah-ulah pemain bisnis franchise, Bakso Kuto Cak To mempersilahkan bagi calon mitra untuk lebih dekat dan mengenal terlebih dahulu siapa Cak To, outletnya di mana, rasa baksonya seperti apa, berapa pengunjungnya dalam sehari.
Langkah tersebut Cak To ambil, karena ia ingin bahwa para mitra nantinya tahu bahwa konsep bisnis yang ia kembangkan nantinya seperti apa. Bagaimanapun juga sang mitra juga harus paham dan mengerti tentang bisnisnya.
Sehingga nantinya menambah keyakinannya bahwa bisnis ini tidak akan lekang dimakan jaman dan peluangnya sangat menjanjikan.
Dalam menjalankan bisnisnnya, Cak To tidak semata-mata hanya berorientasi pada profit saja, banyak misi sosial yang ingin ia jalankan. "ini kaitannya sebenarnya kita kan hidup sebagai mahkluk sosial, dengan membuka usaha berarti kita dapat menyerap tenaga kerja, minimal mengurangi pengganguran. Dan lagi bakso kita ini bakso sehat, makanan kita tanpa pengawet dan pewarna berbahaya, dan tanpa MSG, karena banyak orang yang hanya mengejar keuntungan, kesehatan banyak orang dikesampingkan," ujarnya. Idealisme ini dipatrikan oleh Cak To melalui merek dagangnya, yaitu Bakso Kuto Cak To. Banyak yang menduga nama Bakso Kuto itu identik dengan istilah Kuto=Kota, padahal arti sebenarnya dari Kuto adalah singkatan dari KUat dan TOp. Ini filosofi dasar yang ingin ia kenang terus menerus sebagai pewirausaha.
"Sebagai pebisnis, saya harus menciptakan produk yang kuat dan top, kuat rasanya, top rasanya, kuat bisnisnya dan juga top bisnisnya. Istilahnya, rasa bakso yang kuat dan top habis karena perpaduan dua kutub rasa bakso, Malang dan Solo," ujar lelali kelahiran 01 Januari 1975 ini.
Setelah 5 tahun usahanya berjalan, Cak To kini bersama istrinya, Ervianty Julia, memiliki banyak waktu untuk melihat-lihat "mesin uang" yang telah diciptakannya. Sesekali ia jalan-jalan mengawasi gerai-gerai milik mitra di berbagai kota sembari berwisata, sesekali datang ke gerai-gerai sambil menanyakan kepada pelanggan apa saja layanan yang perlu diperbaiki, dan waktunya untuk mengeksplorasi menu-menu baru kini lebih banyak sehingga akan lahir inovasi-inovasi baru Bakso Kuto Cak To.
Semua kini sudah tersistemisasi. Langkahnya untuk mengembangkan Bakso Kuto Cak To ke berbagai berbagai daerah tinggal menunggu waktu saja, mungkinkah itu salah satu mitranya adalah anda?.

Membiakkan Bisnis Agar Menjadi Mesin Uang

Wirausaha & Keuangan Agt'09. Membuat bisnis agar menjadi mesin uang adalah cita-cita semua pebisnis. Cita-cita ini tidak serta merta membuat Cak To gelap mata dengan menghalalkan segala cara. Justru sebagai mesin uang, ia harus merawatnya, memanagenya, serta membangun image positif secara terus menerus.
Ia sadar persaingan bisnis di dunia bakso sangat keras. Namun pengalamannya yang bertahun-tahun mengelola sendiri usaha baksonya, adalah kekuatan tersendiri. Ia tahu apa yang harus ia lakukan sebagai pengusaha bakso. Karena itu kepada mitra yang ingin bekerjasama, ia menganjurkan calon mitranya untuk datang dan melihat sendiri bagaimana ia mengelola usaha Bakso Kuto Cak To di Jln Pahlawan (Depan Mc Donald, Sidoarjo), Sidoarjo, Jawa Timur sebelum mengikat akad kemitraan.
Bukan perkara mudah bagi Bakso Kuto Cak To untuk mengajak para calon mitra, apalagi sekarang ini masyarakat dihantui rasa trauma dalam memilih bisnis franchise. Banyak sekali kejadian yang sudah memakan korban dalam bisnis franchise. Mulai dari Franchisornya yang lepas tangan setelah franchisee membeli bisnisnya dan sama sekali tidak ada perhatian, atau franchisornya langsung hilang. Banyak juga saat ini bisnisnya belum jelas sudah ditawarkan ke investor, atau systemnya baru kemaren sore sudah berani klaim bisnisnya anti rugi. Cara-cara ini, diakui oleh banyak calon mitra bisnis sebagai cara gelap mata. Mau kaya dengan enak.
"Bisnisnya belum teruji, sudah mengajak orang lain untuk bergabung. Kami tidak mau seperti itu," cetus penerima Indonesia Small Medium Entrepreneur Award (ISMBEA Award) 2008 lalu di Jakarta.

Bakso Kuto Cak To, Berbisnis dengan Komitmen Tinggi

Wirausaha & Keuangan Agt'09. Tengoklah ke berbagai daerah, makanan bakso kini sudah menasional. Bahkan telah menjadi makanan pokok kedua, setelah nasi. Hal itu terlihat, bakso tetap saja menjadi menu favorit bagi banyak orang. Sejak itulah Wachid Basir Krismanto semakin yakin bahwa pilihannya untuk lebih serius mengembangkan bakso semakin kuat.
Dalam menjalankan usaha bakso, Cak To, panggilan akrab pria yang hanya lulus SMA ini semakin besar komitmennya untuk mengembangkan usaha bakso lebih besar, dengan outlet lebih banyak, dan semakin bersemangat untuk berkreasi dengan menu baru berbasis bakso. karena itu ia melakukan 3 hal secara serius bisnis bakso yang digelutinya, yaitu memantapkan rasa, mematenkan merek, dan melakukan inovasi produk-produk bakso.
3 Hal Penting Bagi Pebisnis Bakso
Bisnis makanan adalah bisnis rasa. Ketika memutuskan untuk berbisnis bakso, maka Cak To harus dapat meyakinkan dirinya bahwa baksonya memiliki rasa yang berbeda dengan lainnya. Dan benar-benar enak.
"Kalau pelanggan ditanya, mengapa ia datang ke Bakso Kuto Cak To? Ia akan menjawab rasanya berbeda dengan bakso umumnya." ujar Cak To kepada Isharsono dari Majalah WK.
Langkah kedua, Cak To menciptakan merek dan mematenkannya. Hal ini penting agar pelanggan dapat membedakan antara produk miliknya dengan produk milik orang lain.
Merek produk penting agar pelanggan dapat membedakan antara produk miliknya dengan produk milik orang lain.
Merek produk penting karena hal ini adalah bagian dari identitas produk bakso yang dimilikinya. Pelangganpun akan dengan mudah membedakan antara Bakso Kuto Cak To dengan bakso lainnya yang banyak bertebaran di mana-mana.
"Kalau ada pelanggan yang sedang bepergian ke luar daerah dan kebetulan di kota tersebut ada cabang Bakso Kuto Cak To, sebagian besar pelanggan akan memilih untuk mendatangi ke gerai Bakso Kuto Cak To dibandingkan ke gerai bakso lainnya. Selain rasanya sudah paten, standarisasi pelayanan dan harga juga sudah sangat dikenal oleh pelanggan," cetus Cak To.
Karena itu, sejak tahun 2004, Cak To mematenkan merek Bakso Kuto Cak To, termasuk taglinernya yaitu Perpaduan citarasa Bakso unik Khas Solo - Malang.
Mengapa hal ini harus dipatenkan, karena banyak pebisnis bakso di Indonesia yang tidak mau bekerja keras untuk menciptakan kreasi sendiri dalam berbisnis. Proses menirunya terlalu menjiplak utuh sehingga merugikan pemilik merek aslinya.
Karena gerai baksonya laris manis didatangi pelanggan, maka tidak sedikit pebisnis bakso lain yang meniru habis-habisan, dari resep hingga mereknya.
"Kalau ditiru orang sudah sering mas, mulai dari gambar menu, yang ditiru 100% milik kita, sampai-sampai mereka lupa logonya (logo Bakso Kuto Cak To) tidak dihapus, tetap ikut dicetak karena nggak bisa dihapus, nggak tahu sengaja atau nggak, sampai resep, warna outlet, hingga bentuknya, semua mirip, tetapi dipastikan tidak sama," ujar Cak To.
Langkah ketiga, yang dilakukan Cak To adalah melakukan inovasi menu. Menu bakso dibuat sedemikian rupa, agar pelanggan memiliki banyak pilihan.
"Sengaja saya membuat perpaduan dua kutub bakso, yaitu Bakso Solo dan Bakso Malang. Kenyataannya memang di dunia perbaksoan nusantara, Bakso Solo dan Bakso Malang mampu menjadi tren bakso. Seakan-akan bakso di Indonesia ini memang miliknya kedua kota tersebut," ujar bapak dua anak ini.

Mesin Uang Dari Gerai Bakso, Bagaimana Menciptakannya ?

Wachid Basir Krismanto.


Wirausaha & Keuangan Agt'09. Berbisnis adalah kreasi untuk menciptakan mesin uang. karena itu, banyak orang yang tergiur menjalankan bisnis, dan berupaya untuk menciptakan mesin-mesin uang baru setiap saat.
seperti yang dilakukan Wachid Basir Krismanto, lelaki muda pemilik bisnis Bakso Kuto Cak To, yang kini memiliki 39 outlet yang tersebar di berbagai daerah dengan omzet peroutlet per hari mencapai Rp.1 hingga 2 juta adalah layaknya seperti mesin uang. di gerai miliknya, di Jln Pahlwan, Sidoarjo, Jawa Timur, omzet per hari bisa mencapai minimal Rp. 3.5 juta/hari sedang hari Sabtu-Minggu mencapai Rp.5-7 juta/hari.
Perjalanan bisnis Bakso Kuto Cak To, panggilan akrabnya, dalam menciptakan mesin uang di bisnis kuliner ini memang tidak seperti membalik tangan. Penuh lika-liku, perjuangan, bahkan komitmen dan pertaruhan. Pertaruhan antara terus menjalankan bisnis atau berhenti dengan kebangkrutan.
Sebelumnya, ia telah jatuh bangun dengan berbagai bisnis yang telah dibuatnya. Bisnis voucher pulsa, gerai kaki lima ayam penyet, pecel lele, tempe penyet, cafe, adalah beberapa bisnis yang pernah dicobanya, dan pernah membuat ia hampir putus asa karena tak kunjung berkembang seperti yang diharapkan. Alih-alih agar bisnisnya terus dijalakan, modal yang digunakan telah terkikis habis, dan usahanya tersengal-sengal seperti orang yang terserang penyakit ashma.
Pengalaman Pahit Yang Jadi Obat
Pengalaman pahit kadang dapat menjadi obat. Direnungi pengalaman kegagalannya. Dikuatkan tekadnya untuk membuat bisnis baru. Pengalaman pahit itu antara lain bisnis tidak laku, sepi pembeli, dan kekurangan modal karena tergerus untuk biaya operasional.
"Kali ini harus berhasil" ujar Cak To saat memulai bisnis barunya, dengan membuat usaha bakso, yang saat ini ditekuni.
Setelah mencoba bertanya dan berguru kepada ahli bakso, berkeliling daerah, terutama di kota-kota Jawa Timur, tahun 2004 ia menemukan konsep bisnis baru dengan membuka bakso. Kali ini ia mengusung menu bakso dengan ciri khusus, yaitu perpaduan Bakso Malang dan Bakso Solo. Hal ini karena di belantara perbaksoan ada banyak aliran citarasa bakso, diantaranya ada Bakso Malang, Bakso Solo, Bakso Surabaya, Bakso Sukabumi, dan masih banyak lagi citarasa bakso lainnya.
Nah, Cak To memadukan dua citarasa bakso, yang paling menonjol dan banyak dikenal pelanggan, yaitu Bakso Solo dan Bakso Malang. Bakso Solo kuahnya lebih keruh dan kental karena bumbunya digoreng terlebih dahulu, sedangkan Bakso Malang kuahnya bening, karena bumbunya mentah dan langsung dimasukkan dalam kuah.
"Saya perlu waktu enam bulan untuk mencoba-coba memadukan antara citarasa Bakso Solo dan Bakso Malang sehingga rasanya pas seperti sekarang." ujarnya.
Perbanyak Mitra
Semenjak memulai bisnis bakso tahun 2004 lalu, dan usahanya relatif tumbuh dengan baik, ia mulai melebarkan sayap dengan menggandeng mitra.
Tujuan menggandeng mitra agar ia dapat memperbanyak gerai Bakso Kuto Cak To dengan modal dari mitra, dan produk dapat diproduksi lebih banyak sehingga harga per pcsnya menjadi lebih efesien. Selain itu Cak To juga dapat income dari lisensi fee atas penggunaan merek Bakso Kuto Cak To yang digunakan para mitra, dan memperoleh income dari produk yang disediakan untuk semua mitranya yang ada di berbagai kota, seperti Semarang, Ponorogo, Madiun, Gresik, dan seputar Surabaya, bahkan Jakarta, dan kota lainnya.
Dengan cara ini, tidak heran jika setiap hari dari gerai baksonya selalu ramai didatangi oleh para penikmat bakso. Setelah hampir 5 tahun berjuang, Cak To kini telah mewujudkan usahanya benar-benar menjadi mesin uang.
Menciptakan Mesin Uang
Awalnya, ia terobsesi dengan cara bisnis beberai gerai kuliner seperti KFC, McDonald, Bakso Gajah Mada, Es Teller 77, hingga gerai kuliner lainnya yang telah berdiri di mana-mana.
Gerai-gerai itu seperti mesin uang, atau kebun buah yang berbuah uang setiap hari, atau peternakan ayam yang bertelur uang setiap saat.
Apa yang membuat bisnis-bisnis tersebut menggurita, dan menjadi industry sehingga berubah menjadi mesin uang?. Benar-benar menjadi mesin uang, karena banyaknya pelanggan yang datang dan pergi dalam waktu singkat sehingga seorang kasirpun menjadi penuh keringat, karena kewalahan melayani pelanggan yang membayar.
Pilihannya terhadap bisnis bakso karena bisnis ini, menurut Cak To lebih mudah dikenal pelanggan, tahan banting karena tidak harus mengedukasi pelanggan lebih lama, hanya saja diperlukan kreatifitas yang optimal agar didatangi banyak pelanggan, diantaranya kreatif menciptakan rasa dan menu-menu bakso yang disajikan. Terhadap rasa, bisnis bakso tidak kenal kompromi.
Mengenai inovasi menu-menu baru, lihat saja misalya, Bakso Kuto Cak To kini memiliki lebih dari 40an menu yang ditawarkan, diantaranya ada bakso halus, bakso kasar, bakso puyuh, bakso smoked beef, bakso tuna chunk, bakso mercon, bakwan goreng, siomay udang, ekado, dan lain-lain.
Penataan produk-produk aneka bakso ini disuguhkan ke dalam bentuk istimewa layaknya prasmanan, dan setiap pelanggan dapat dengan suka cita memilih menu yang dikehendakinya. Ini yang benar-benar penyajian bakso yang khas. Dan pelanggan seperti termanjakan untuk menikmati bakso sesukanya.